Cerita Bunda, Kids

Balada Pengasuh Anak

Beberapa hari lalu, saya membaca status Mbak Maria, salah seorang teman blogger di facebook. Isi status beliau sebagai berikut

ketika baby sitter berulah kasar pada anak majikan :
minggu kemarin pas ke gancit, sempet mampir ke nursery room, pilih bilik tengah + tutup pintu bilik dan mada ng-asi
gak beberapa lama, ada suara buibu marah2 gaje gitu + kasar pula sama anaknya (kedengeran kan yaa) … kirain itu ibu marahin anaknya … setelah mada selesai ng-asi dan saya buka pintu … tewewew ternyata itu seorang baby sitter yg lagi nabokin paha anak majikannya yg segede mada 🙁
si anak udah ditabokin, didorong + dimarahin juga gara2 kelamaan ganti diapers
saya sempet bilang “eh jangan kasar sama anaknya mbak”
si mbak nyolot “biarin aja bu, ini emang anaknya nakal, udah biasa saya tabokin”
duh, berapa sih gaji baby sitter ?
semoga ortu si anak segera sadar punya baby sitter “ajaib”, kesian anaknya … udah dititipin + bayar pula + anaknya dikasarin

Setelah membacanya, saya langsung bergidik sendiri dan teringat video-video yang sempat viral dan kurang lebih sama. Yakni tentang baby sitter, pengasuh, atau pun pembantu yang menyiksa anak majikannya. Dan harapan saya, semoga saya tidak pernah melihatnya secara langsung >_< 

Balada pengasuh anak

Jangankan disiksa seperti itu, melihat seorang anak bayi atau anak kecil yang dititipkan pengasuh saja, entah kenapa hati saya rasanya miris.
Saat saya dan suami ke rumah sakit mengantar Emir bulan lalu (baca: Emir Sakit dan MPASI Pertama Emir), kami melihat seorang anak bayi yang lucu sedang digendong oleh seorang ibu. Yang ternyata, ibu itu bukanlah ibu dari si anak karena kami melihat seorang perempuan yang lebih cantik di dekatnya, dan yakin bahwa perempuan cantik itulah ibunya. Singkat cerita, si ibu cantik ini terlihat sangat sibuk meladeni telepon dan bermain handphone yang sepertinya banyak sekali urusannya. Mungkin beliau pebisnis. Sedangkan si anak, anteng sekali diajak main dan keliling-keliling oleh pengasuhnya. Duh, hati saya miris rasanya. Si anak justru bermain dengan pengasuhnya, bukan dengan ibunya sendiri 🙁
Inilah salah satu yang melatarbelakangi kenapa saya tetap memilih untuk menjadi ibu rumah tangga. Sekali lagi, karena saya sendiri tidak pernah merasakan dibesarkan oleh orang lain dan ibu sayalah yang turun tangan langsung mengasuh dan mendidik saya sampai sebelum saya menikah dan punya anak sekarang. Dan hal inilah yang menjadi kebahagiaan saya sebagai seorang anak. 
Sedikit banyak mungkin saya bisa merasakan, karena dulu saya juga dikelilingi oleh teman-teman yang ibunya bekerja. Di saat saya bisa bermanja-manja dengan ibu saya seharian, minta apapun karena ibu selalu di rumah, teman-teman saya hanya bisa ‘merasakan’ kehadiran ibunya saat malam sepulang ibunya bekerja. Entah kenapa melihatnya sedih sekali. Bahkan tidak satu dua kali saya melihat seorang pengasuh yang dengan ringannya memarahi teman saya jika dianggapnya ‘nakal’ 🙁
Tapi tentu saja, di sini saya tidak ingin bilang bahwa semua pengasuh seperti itu. Ibu-ibu yang bekerja, barangkali memang harus bekerja dan sudah berusaha mencarikan pengasuh yang baik untuk anaknya. Hanya saja kadang mungkin ada hal yang ‘kecolongan’ dan tidak mereka ketahui. 
Maka itu daripada pengasuh, mungkin saya lebih prefer ke daycare. Karena saya melihat keponakan sendiri. Di daycare, keponakan saya bisa berinteraksi dengan anak-anak yang lainnya, bahkan ada acara belajar dan berdo’a bersama sampai ia sudah pintar menghafal beberapa do’a-do’a dan surat-surat pendek di usianya yang baru 2 tahun. Rasanya lebih baik ketimbang dititipkan pengasuh yang seperti tadi, kita tidak tahu apakah anak kita benar-benar diurus dengan baik atau tidak 🙁

Genggam anak di tangan kita, orang tuanya

Seorang teman pernah bercerita hal yang sama. Alasan ia tidak mau menitipkan anaknya, karena ia tidak tahu, apakah ada seseorang yang bisa sesabar dia menghadapi anaknya. Karena saya pun berkeyakinan, yang tahu bagaimana seorang anak, sesungguhnya adalah orang tuanya. Katakanlah walaupun dulu saya melakukan kesalahan dan dimarahi ibu, setidaknya yang memarahi saya memang orang tua sendiri. Akan berbeda jadinya ketika orang lainlah yang memarahi saya. Saya mungkin akan jengkel, kasarnya “siapa elo berani marahin gue?”
Itu sebabnya juga yang membuat saya berpikir tidak nyaman kalau anak saya sendiri dipegang oleh orang lain. Tidak tega rasanya, jika saya sibuk sendiri, sementara anak saya bermain dengan pengasuhnya. Apalagi sampai pengasuh tega memarahinya, duh orang tua mana yang tidak jengkel anaknya dimarahi orang lain >_<
Biarlah mungkin sekarang saya capek. Biarlah mungkin kadang emosi harus naik turun karena anak sudah banyak tingkah. Biarlah kesabaran saya harus diuji. Tapi setidaknya, saya tidak pernah kehilangan momen bersama anak saya. Dan saya selalu bisa memantau perkembangannya :’)

8 thoughts on “Balada Pengasuh Anak

  1. Saya juga ibu rumah tangga, dan memang lebih nyaman anak diasuh sendiri walau kadang repot sama kerjaan rumah tangga. Paling banter dititip kakek nenek atau bibinya, yang penting masih ada ikatan darah. Seenggaknya mereka kalau ngomel pun enggak pakai benci ya, beda sama pengasuh atau baby sitter..hehe

    Eh iya, di bolog saya lagi ada giveaway, barangkali mau ikutan boleh atuh main-main ke blog saya 😀

  2. kadang suka miris kalau liat baby sitter ngomelin anak majikannya,,,
    karena ya ngurus anak itu kesabaran bangat yang di uji,,
    anak temen saya pahanya biru2 dicubit pembantu,,
    kalau ditanya ke mbak, si mbak bilang "jatoh pak"
    nah kebetulan ada tetangga yang lapor "pak anaknya itu dirumah kenapa ya ,, si mbak teriak2 adek nangisnya kejer banget"
    ditanya ke anaknya,,awalnya anaknya diem,, pas dibujuk2 baru dia cerita kalau sering dipukul si mbak kalau bandel dan diancem klau ngadu

  3. Pembantu rumah tangga maupun pengasuh bayi pasti memiliki karakter beragam ya mba, yang kelas kita sebagai orangtua tetap harus waspada dan memonitor perkembangan anak, gak sepenuhnya melepaskan sama orang yang membantu sehari-hari

  4. Sampai saat ini saya juga enggak pernah ingin menitipkan anak ke pengasuh, Mak
    saya bekerja, tapi anak saya diasuh ibu saya sendiri yang memang menginginkan anak lelaki, jadi saya tenang
    tapi bila bukan ibu saya yang ngasuh, saya milih enggak kerjaaaa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.