Pernikahan, Tips

Umbar Kebaikan Pasangan, Yay or Nay?

Beberapa hari yang lalu, saya mendapat sebuah kiriman di WhatsApp tentang seorang wanita yang mengirim pesan pada seorang ibu. Isi pesan tersebut adalah keinginan si wanita untuk menjadi istri kedua dari suami si ibu tadi. Alasannya adalah, si wanita melihat kebaikan suami si ibu dari status-status Facebook si ibu. Tidak hanya sampai situ, kiriman itu mengandung pesan bahwa kita sebaiknya berhati-hati menampilkan kebaikan suami. Karena tidak ada yang tahu isi hati orang. Bisa saja wanita lain atau bahkan yang sudah menjadi istri orang lain melihat status kita yang baik-baik tentang suami lantas menjadi iri dan ‘menginginkan’ suami kita. 
Terlepas dari nyata atau tidaknya kisah itu, cukup seram ya pesannya. Saya jadi berpikir, apakah bisa dengan mudahnya seorang wanita ternoda perasaannya hanya karena sebuah status? Memang, tidak ada yang tahu isi hati manusia. Tidak tahu tindakan kita yang mana yang bisa membuat seseorang menjadi cinta atau benci. Tapi mari kita pandang dari sisi lain.

https://pixabay.com/go/?t=list-shutterstock&id=113824207

Jangan pandang kebaikan pasangan orang lain itu sempurna

Pegang satu kalimat saya, tidak ada pernikahan sempurna. Semua pernikahan akan selalu memiliki masalah. Tapi apa lantas kita tahu masalah-masalah rumah tangga orang lain? Tidak. Tidak ada yang mau mengumbar masalahnya, kecuali orang-orang yang pendek pikiran untuk mengumbar masalah rumah tangganya. Maka kalau kita lihat seorang wanita atau laki-laki memasang status tentang kebaikan pasangannya, barangkali saat itu ia sedang bahagia. Saking terlalu bahagianya, ia memasang status tentang kebaikan pasangannya. Tapi hal itu tidak serta merta karena mereka update status kebaikan pasangannya, pasangan mereka sempurna. Tidak. Sekali lagi, karena kita tidak tahu masalah dalam rumah tangga mereka, maka kita juga tidak tahu celah-celah atau kekurangan apa saja yang sebenarnya ada dalam diri pasangannya.

Berpikirlah panjang sebelum bicara

Katakanlah seperti pesan di atas. Kita terpana dengan suami orang lain karena kebaikannya. Maka kitalah yang harusnya berpikir panjang. Apa iya, serius mau jadi yang kedua? Mari kita berpikir.

Jika sudah menikah, lihat lagi suami kita. Temui suami dan ajak ke kamar. Untuk apa? Bicara dari hati ke hati. Apa ganjalan yang selama ini kita rasakan dari suami. Bicarakan kebaikan apa yang menjadi keinginan kita untuk diwujudkan suami. Dengan catatan, kebaikan yang kita ajukan, sepadan dengan kebaikan yang sudah kita berikan 🙂

Tapi kalau belum menikah, daripada menjadi yang kedua secara kita ini single terhormat alias belum menikah, maka kita juga layak mendapatkan seorang pria yang masih single terhormat pula. Jadi lebih baik status tersebut jadikan pacuan untuk lebih memantaskan diri dengan berusaha dan berdo’a agar kelak mendapat suami yang sama baiknya atau bahkan lebih baik dari pasangan orang lain 🙂

Tentu saja pesan ini juga berlaku bagi laki-laki yang sudah menjadi suami atau pun masih single.

Selalu berpikir positif

Kita bisa melihat apa saja di media sosial. Karena kita pun juga punya hak untuk menulis. Daripada mengatur media sosial orang lain, mengapa tidak kita saja yang mencoba mengendalikan diri. Ya, karena lebih mudah mengubah diri sendiri daripada mengatur orang lain. Mustahil untuk mengatur agar pikiran orang lain sesuai dengan yang kita inginkan.

Well, sekali lagi percayalah. Kebaikan-kebaikan yang ditampilkan orang lain itu hanyalah sesuatu yang terlihat. Kita tidak tahu bagaimana kehidupan mereka di balik media sosial. Kita tidak tahu masalah-masalah apa saja yang sudah menimpa mereka. Karena sesungguhnya, juga tidak ada manusia yang sempurna. Kebaikan yang sempurna, hanyalah milik Allah 🙂

32 thoughts on “Umbar Kebaikan Pasangan, Yay or Nay?

  1. Setidaknya si Istri tidak bercerita keburukan suaminya. Saya malah ga nyaman baca status yang nyerapahin suaminya. Bikin buruk citra dua-duanya. Kalau ada temen yang ada di posisi yang suaminya dikecengin wanita lain saya mah mau nyaranin membalasnya dengan elegan, seelegannya dia bercerita kebaikan suaminya 🙂

  2. Ah, perempuannya aja itu yang gatal, haha… Nengoknya kok ke suami orang. Celamitan itu namanya. Selama nggak berlebihan, saya mah enak2 aja bacanya. Yang nggak enak dibaca itu yg share keburukan suaminya atau berantem trus diupdate.

  3. Sepertinya selama ini di socmed saya tidak pernah cerita tentang siapa apa dan bagaimana suami saya. Kalo bawa keluarga di socmed justru ketika sekeluarga sedang have fun aja.. misalnya pas nonton bareng, pas jalan-jalan 😀

  4. kok ada ya krn baca kebaikan org atau kegantengan org langsung mau jadi pasangan walau jadi istri kesekian…heloooo. Padahal semua org punay plus dan negatifnya, belum tentu yg terlihat sama dg kesehariannya, mungkin ada kekurangannya yg gak bs kita terima. btw, aku suka banget bikin puisi untuk suamiku dan aku share di fb, banyak yg bilang aduh romantisnya, padahal mereka juga gak tahu kl aku juga suka ribut sama suami, kan begitulah rumah tangga

  5. Serem ya pesan di whatsapp-nya. Malah jadi curiga, jangan2 perempuan & suami itu sudah ada hubungan sebelumnya.

    Aku jarang juga ngomongin kebaikan suami, menurutku itu sama aja PDA. Mau sok romantis, tapi buatku itu failed. Upload foto berduaan sm dia aja enggak pernah. :)))) Seringnya cerita kekonyolan dia dan keenggakpekaan-nya dia, yang lucu & bikin ngakak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.